Bukan berarti saya bisa bermalas-malasan ria seperti week-end, tapi lebih karena saya malas menyambut Senin. Senin amat sangat berjarak dengan Sabtu & Minggu. Padahal saya hanya bisa full bersama suami dan anak di Sabtu-Minggu. Benar-benar full dari pagi ke pagi lagi. Saya bisa seharian mengurus putri kecil saya, memasak, jalan-jalan bersama suami dan anak, atau sekedar beres-beres kamar dan lemari seperti hobi saya. Dan Senin membuat saya tergesa-gesa mengurus itu semua karena saya berpacu dengan jam masuk kerja. Selasa-Rabu-Kamis-Jumat pun demikian.
Ritual hari Sabtu, dimulai dengan merapikan tempat tidur |
Ruangan yang wajib rapi dan bersih, Ruang Tamu |
My favorite place at home, Teras. Jadi wajib rapi dan bersih juga biar kelihatan indah |
Dan entah ini sudah Senin keberapa yang membuat saya berfikir ada baiknya saya di rumah menjadi Ibu Rumah Tangga full saja. Mengantar anak ke sekolah (meski Syakira belum usia sekolah, hehehe), mengurus rumah, dan menunggu suami pulang kerja. Saya gak perlu lagi stres dengan kemacetan pagi atau dilema pekerjaan, karena saya sedang disibukkan dengan pertanyaan "Mau memasak apa hari ini?". Saya lelah menjadi wanita kantoran, dan rindu-serindu-rindunya menjadi Ibu Rumah Tangga seutuhnya.
Syakira mau jalan-jalan sama Bunda dan Abi Syakira's Outfit : Carter's T-Shirt | Alma Jeans | Unbranded Red Socks |
Sebenarnya gampang saja kalau saya ingin mewujudkan impian jadi IRT. Saya tinggal menyatakan resign, dan menunggu hari kerja terakhir. Tapi ternyata resign dan proses jadi IRT full ga
bisa semudah itu. Saya masih berkewajiban menyelesaikan kontrak kerja
saya yang berakhir Juni 2013. Sebenarnya bukan karena itu juga sih yang
membuat saya masih maju-mundur menyudahi pekerjaan ini. Ini semua lebih
kepada impian saya dan suami yang belum terwujud.
Kami
adalah keluarga kecil, dengan putri yang masih kecil, umur pernikahan
memasuki tahun kedua, dan saat ini masih menumpang di rumah orangtua.
Karena faktor masih menumpang itulah, kami ingin mempunyai hunian
sendiri. Dan untuk mewujudkan impian itu, kami harus rajin bekerja
supaya bisa menabung. Terbayang, dengan kondisi kami ingin punya rumah,
anak yang masih perlu dinafkahi sandang, pangan, dan papannya, mesti
mengandalkan penghasilan dari satu sumber saja, yaitu dari suami. Maka
dari itu sebetapa inginnya saya jadi IRT full, saya tetap gak
boleh egois. Saya harus berkontribusi membantu suami mewujudkan impian rumah hunian dan
pendidikan anak saya kelak. Yaa kalopun saya gak bisa berkontribusi
untuk dua hal itu, rumah dan pendidikan anak, minimal saya bisa punya
uang tabungan. Entah untuk modal usaha (meskipun saat ini belum terpikir
mau usaha apa) atau sekedar jajan-jajan tanpa harus pakai uang suami.
Intinya, untuk saat ini menjadi Ibu Rumah Tangga belum menjadi pilihan yang aman buat saya. Mengingat saat ini masih banyak "ini-itu" yang masih perlu dipersiapkan. Jadi untuk saat ini saya masih harus mencoba ikhlas menjalani dan menikmati keadaan sampai akhirnya saya mantap memutuskan r to the e to the s to the i to the g to the n.
Oh Monday,
I'm sorry, but you always come too soon..
No comments:
Post a Comment